Upil Abadi

Sistem bisa membuat tak berdaya. Aku pun merasakannya. Aku yakin dengan kemampuanku. Aku rasa, kemampuanku merangkai kata semakin membaik. Aku perlu tantangan.

Saat aku kembali ke lantai 12 di gedung Kebon Sirih, aku merasa tak seharusnya lebih lama lagi di sana. Apalagi pendingin di sana sering membuat badanku bergetar. Padahal, aku sudah melapisi tubuh dengan jaket. Perutku juga tak kosong. Namun, jari-jariku sedikit kaku saat mengetik jika suhu dingin mulai beradaptasi dengan tubuhku.

Hanya saja, pengalaman terdahulu membuatku memilih tetap. Tentu ada beberapa penawaran dan peluang terbuka. Tapi, lagi-lagi aku memilih mengabaikannya.

Seharusnya aku mencoba menulis 10 menit sehari. Ini bisa mengasah menulisku semakin baik. Tapi, itu tak aku lakukan.

Aku hanya membaca buku. Bahkan, 3 buku karangan Eka Kurniawan kubaca kurang dari sebulan. Sungguh, itu menjadi pencapaianku paling hebat saat membaca buku. Biasanya aku memerlukan waktu yang lama untuk membaca. Seingatku bisa menghabiskan 1 bulan untuk satu buku dengan tebal 500 halaman atau lebih. Aku tak ingat. Yang aku ingat, aku membaca terkahir kali buku "Taj Mahal" sebelum membaca "O".

Di sela waktu bekerja, aku mencoba menulis mengenai sepakbola. Sedikit menganalisis atau menulis ulang. Tentu dengan gaya menulisku. Sebenarnya aku melakukan itu karena mendapat ajakan dari UC News. Tentu dengan iming-iming uang. Tapi setiap aku menulis dan ditayangkan di laman mereka, pembaca tulisanku sedikit. Ini membuat penghasilanku di UC News hanya 1 dolar. Itu jumlah yang sedikit. Padahal aku sudah membuat delapan tulisan.

Setelah aku analisis, judulku ternyata tak sesuai dengan pembaca UC News. Para pembaca di sana senang dengan judul berunsur heboh.

Ada satu judul tulisanku, "Transformasi Hary Kane: Dari Bocah Gendut Menjadi Si Pemecah Rekor" yang mendapat lima ribuan pembaca. Namun, tetap saja aku tak masuk penulis populer olahraga minggu ini di UC News.

Sejak saat itu, aku hanya menulis untuk menjaga kewarasanku saja. Menuangkan pikiranku mengenai sepakbola. Aku tak ikut-ikutan mengejar kompetisi yang diselenggarakan UC news demi mendapat poin. Poin itu nantinya akan menaikkan peringkat si penulis. Tapi, karena aku salah satu yang diajak pihak UC News, peringkatku langsung perunggu dan menanjak menjadi emas. Beda dengan mereka yang mendaftar sendiri dan harus memulai dengan peringkat pemula.

Saat aku menulis sekarang, aku juga menjaga kewarasanku. Aku sedikit takut dengan kehidupanku lima tahun ke depan atau 10 tahun lagi. Tempatku bekerja saat ini termasuk lama memberikan kenaikan gaji. Seorang karyawan yang mengurus administrasi pernah bilang, "Sabar-sabar saja di sini."

Tentu saja itu baru satu alasan. Perihal lainnya, aku melihat mereka yang lebih lama bekerja tak mendapat kesejahteraan yang baik. Sangat terbalik dengan seruan bos besar. Ia selalu bilang kesejahteraan rakyat urusan paling utama. Di televisi, depan kader partai yang dipimpinnya hingga pelajar, seruan kesejahteraan selalu keluar. Tapi, jika aku menelisik dan bertanya kepada senior-seniorku, kesejahteraan adalah hal yang sulit didapat. Hal ini sudah tenar di tempatku bekerja, hingga di luar sana.

Mungkin dengan aku menulis, aku bisa menjaga daya kreatifku atau memoriku. Aku bisa dibilang orang yang pelupa. Mungkin akibat jatuh dari sepeda saat aku mencoba melompati beton setinggi 50 meter. Kepalaku terbentur aspal dan tergerus. Aku baru berusia 17 tahun ketika itu. Akibatnya, aku harus menjalani operasi dan membuat garis dari jidad hingga atas bibirku. Peristiwa itu juga membuat pertumbuhan kumisku tak sempurna. Bila dilihat sekilas, ada benjolan di atas bibirku, seperti sisa upil abadi.

Sebenarnya, upil abadi ini bisa hilang andai aku mengikuti perawatan sesuai prosedur. Tapi, itu tak aku lakukan. Aku lelah karena bagian atas bibirku harus disuntik tiap seminggu sekali, selain alasan sakit tentunya.

Di pikiranku sebenarnya ada ide untuk menulis cerita pendek. Aku tidak tahu, apakah cerpenku bagus atau tidak. Tapi aku percaya diri kalau cerpenku lumayan bagus dari sisi cerita. Tapi, jika dari sisi penulisan, aku pasti payah. Aku bisa yakin. Aku tak begitu mengenal dunia kesusatraan. Aku kadang suka membaca. Kegiatan yang sering kulakukan lagi sekarang.

Aku pernah menulis cerpen. "Jatuh", "Ketika Reuni", "Tak Bisa Tidur" beberapa cerpen yang aku tulis di blog dan aku sebar di Facebook. Ada beberapa tanggapan dari kawan-kawanku. Dari semua tanggapan, mereka tak mengomentari sisi penulisan, mereka bereaksi sedih dan kesal setelah membaca beberapa cerpenku. Kadang, ada juga teman Facebookku yang hanya memberi jempol digital. Itu cukup untuk membuatku tersenyum kecil.

Januari 2018

Tidak ada komentar:

Posting Komentar