Seorang bek yang tangguh dibutuhkan untuk menciptakan pertahanan yang kuat untuk memberikan rasa aman kepada kiper. Namun, modal bek yang tangguh pun tidak cukup. Diperlukan adanya strategi yang mumpuni untuk menghalau serangan-serangan lawan. Strategi itu harus dilaksanakan dalam setiap latihan. Diulang berkali-kali, agar pemain bertahan sudah khatam di kepala dan hati.
Kepercayaan diri para pemain belakang juga wajib dibangun.
Fungsinya, saat bertemu dengan pemain besar dan populer, mental para pemain
belakang tidak merasa rendah. Harga diri para pemain belakang juga harus diangkat,
tapi jangan berlebihan supaya para pemain punya ketenangan dan tidak
tergesa-gesa saat menghalau serangan.
Pertahanan dan harga diri ini selalu ditemui dalam
kehidupan, baik di organisasi masyrakat, perusahaan atau kehidupan seseorang. Peran
keduanya penting agar masalah dapur tidak mudah digoyah dari pihak luar.
Namun, sering kali pertahanan mudah goyah karena adanya
kekuasaan yang tinggi, yang mampu menjatuhkan mental seseorang. Apalagi jika
terkait dengan jabatan seseorang. Pertahanan bisa mudah runtuh, begitu pula
dengan mentalnya. Jika sudah begitu, fungsi penyerang yang bersusah payah
menjebol gawang lawan akan sia-sia. Toh pada akhirnya pihak lawan yang paling sering
membobol gawang.
Oleh karenanya, kualitas pertahanan harus ditingkatkan.
Bangun sistem atau strategi yang tak mudah dibobol. Rapatkan semua pemain jika
perlu. Namun, itu pilihan terkahir, jika ada strategi yang lebih halus dan lembut,
sebaiknya sebaiknya gunakan itu.
Cari cara strategi yang tetap menjaga wibawa tim sendiri.
Meski sering diserang dari segala sisi, tim harus tetap bisa menyerang balik. Serangan
balik memiliki keindahannya sendiri.
Dalam sepakbola tentu saja ada yang namanya pemilik. Kadang,
para pemilik geram dengan pertahanan tim sepakbolanya. Pemilik sudah tentu
menegur. Akan tetapi, pelatih tetap menjadi orang yang punya kewenangan
mengambil keputusan. Pelatih juga wajib melindungi timnya dari serangan
manapun. Termasuk tantangan intervensi dari manapun, termasuk dari media dan
pendukungnya sendiri.
Saya menganalogikan tulisan ini terhadap situasi yang saya
rasa cukup lama. Situasi di mana, tenaga dan pikiran saya selalu dicurahkan.
Saya hanya menjaga kewarasan saya dengan tulisan ini. Menjaga pikiran dan akal
saya tetap sehat.
Saya tak ingin mengeluh apalagi menggunjing. Walau bagaimana
pun, profesionalistas tetap jadi prioritas. Karena rasa profesional itu saya merasa punya tanggungjawab.
Apakah saya pernah mencoba untuk berdiskusi? Sayangnya,
budaya yang sudah terbagun dan mengakar sulit dirubah. Saya juga melihat tidak adanya kemauan untuk merubah budaya itu.
Sepertinya pertahanan
yang saya rasa dari beberapa... sangat mudah ditundukan. Pemain luar sekalipun
sangat mudah membelokkan arah bola, dan pada akhirnya para pemain hingga
pelatih membuat gol bunuh diri ke gawang sendiri. Mereka acuh walau sering dibobol lawan.
Maret 2018
Tidak ada komentar:
Posting Komentar