Donald Trump Islamofobia?


Tulisan catatan akhir tahun saya di harian sore Sinar Harapan, yang juga akan tutup (kembali) di akhir tahun 2015.


Donald Trump Islamofobia?

Sebelum miliuner asal Amerika Donal Trump mencalonkan diri sebagai calon presiden AS dari Partai Republik secara resmi, seorang teman berkata kepada Saya. “Kalau Donald Trump mencalonkan diri jadi presiden Amerika...sesuatu yang menarik,” katanya. Saya tidak begitu peduli ketika itu, namun saat ini, mungkin penduduk di seluruh dunia, khususnya muslim, nama Trump akan menjadi nama yang menarik untuk dilirik.

Trump sering kali mengeluarkan pernyataan yang menentang muslim. Awal Desember ini salah satunya. Ia mengeluarkan pernyataan yang membuat muslim di luar AS gerah. Bagaimana tidak, sejak terjadi penembakan di dinas sosial bagi penyandang disabilitas, di San Bernardino, California, dan dilakukan oleh pasangan muslim, serta menewaskan 14 orang, ia dengan tegas menyarankan agar pemerintahan di bawah Presiden Barack Obama, melarang muslim dari luar AS masuk ke negeri Paman Sam.

“Kita perlu menutup total pintu masuk bagi muslim ke Amerika Serikat sampai perwakilan negara mengetahui apa yang sedang terjadi," katanya saat berbicara di depan sekitar 500 pendukungnya.
Pernyataan Trump tersebut langsung mendapat pertentangan dari pemerintah AS. Lewat Menteri Luar Negeri, John Kerry, pemerintah menilai bahwa pernyataan Trump bisa membahayakan keamanan nasional.

Menurut Kerry, melarang orang, karena termasuk salah satu agama tertentu bertentangan dengan nilai-nilai fundamental bangsa AS, yang dibangun di atas toleransi.

“kebijakan luar negeri yang sangat berbahaya,” ujar Kerry. ” Lihat, lihatlah Amerika. Di sini mereka punya pria yang mencalonkan diri sebagai presiden yang berperang melawan Islam.”

Meski mendapat pertentangan keras dari pemerintah yang kini dihuni Parta Demokrat, elektabilitas Trump terus melejit dan tidak tertandingi dari calon presiden lainnnya yang berasal dari Partai Republik.

Pendukung Trump percaya, bahwa kebijakan dan lontaran yang dikeluarkan, merupakan perwakilan dari keinginan masyarakat AS.

Pernyataan pemilik Trump Tower di New York tersebut mengutip sejumlah jajak pendapat, yang menurut tim kampanyenya menunjukkan adanya kebencian mendalam terhadap orang-orang Amerika dari segmen besar populasi Muslim.

Salah satu hasil survei yang mereka jadikan acuan diambil dari Center for Security Policy, sebuah lembaga yang didirikan oleh seorang aktivis anti-Muslim. Pendiri lembaga ini banyak dituduh mempromosikan teori konspirasi dan dia mengklaim bahwa gerakan jihad global memang ada.
Juga disebutkan, ada lebih dari separuh responden setuju jika warga Muslim di Amerika seharusnya diberi pilihan untuk diatur menggunakan hukum Syariah.

Walaupun mengeluarkan kebijakan yang pedas bagi muslim, Trump mengaku bahwa seruannya itu tidak berlaku bagi muslim di dalam negeri, melainkan untuk muslim yang hendak memasuki AS, baik imigran maupun wisatawan.

Ulah kontroversial dari pemilik rambut bewarna emas ini memang bukan pertama kalinya. Saat terjadi serangan Paris pada November lalu, Trump menyatakan bahwa kelak ia menjadi presiden, dirinya berencana akan menutup beberapa masjid.

"Sudah terlanjur ada kebencian. Kebencian ini sangat luar biasa. Kebencian ini tertanam. Kebencian ini melampaui keyakinan.

Kebencian ini lebih besar dibandingkan apa yang orang-orang pikirkan," tuturnya.
“Kondisi islamophobia saat ini sungguh memprihatinkan.” Ia mengaku mengenal banyak orang muslim yang luar biasa. Namun mereka ternoda dengan apa yang terjadi belakangan ini. "Sungguh disayangkan,” ujarnya.

Seruan menutup masjid tersebut merupakan pernyataan kedua kalinya yang dilakukan oleh Trump. Sebelumnya pada bulan Oktober, saat melakukan wawancaradi stasiun televisi Fox Buesniss, dengan yakin ia mengutarkan keinginannya akan menutup masjid. "Aku akan melakukan itu, tentu saja," ucapnya.

Tentu saja pernyataan yang menydudutkan umat muslim tersebut mendapat respons negatif dari kelompok muslim di AS.

Kelompok advokasi untuk Muslim The Council of American-Islamic Relations, menilai bahwa Trump akan melanggar kebebasan beragama. Manajer urusan pemerintahan kelompok tersebut, Robert McCaw, menyatakan komentar Trump tak sesuai konstitusi.

"Kesediaan Donald Trump untuk menutup masjid di Amerika yang ia anggap ekstrem, tak sesuai dengan Konstitusi dan tak menghargai kebebasan beragama yang menjadi prinsip bangsa kita," ujar McCaw.

Komentar Trump yang menyinggung umat Muslim bukan kali ini saja dilontarkannya. Ia mengklaim bahwa ada ribuan warga Muslim di Jersey City yang merayakan runtuhnya menara kembar World Trade Center pada 11 September 2001.

Pertanyaannya, bagaimana Amerika yang dikenal sebagai negara adidaya akan dipimpin oleh Trump, sementara ia secara tegas telah mengeluarkan pernyataan yang bertolak belakang dengan toleransi beragama terutama dengan islam. Apakah Trump telah menginap islam fobia?. Saya tidak tahu soal itu, namun Saya memprediksi, jika Trump terpilih sebegai presiden AS, kemungkinan yang pasti, kedamaian muslim di AS terganggu, dan muslim di dunia akan ikut merasakan dampak ketakutan Trump terhadap islam. (AFP/NYtimes/Rachmat Fazhry)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar