Persija Spesialis Angka "1"





Oleh Rachmat Fahzry

Keperkasaan Persija runtuh saat dikalahkan Barito di Stadion 17 Mei Minggu lalu. Macan Kemayoran—julukan Persija—harus mengakui keperkasaan tim asuhan Jacksen Tiago itu dengan skor 1-0. Artinya 12 pertandingan Persija yang tak pernah kalah, harus terhenti saat paruh kedua Liga 1 baru saja bergulir. Pelatih Persija Stevano Cugurra berdalih kepemimpinan wasit dan kepergian striker Luis Junior menjadi biang kekalahan timnya.

Apapun alasan Teco—sapaan Stevano Cugurra—tidak membuat angka 1 pergi dalam 8 laga terkahir Persija. Teranyar pasukan oranye berhasil membobol gawang lawan lebih dari satu ketika bersua Perseru Serui di Stadion Patriot Chandrabhaga pada pertengahan Juni lalu. Laga yang terpaksa harus dipindah dari Stadion Manora, lantaran faktor lampu penerangan stadion yang tidak memenuhi standar.

Pada bulan itu juga, Persija berhasil membungkam PS TNI di kandang mereka dengan 2 gol tanpa balas. Selang seminggu sebelumnya, Arema yang harus takluk di kandang Persija dengan skor yang sama. Namun kejayaan Persija melesakkan lebih dari satu gol hanya terjadi di bulan Juni. Bulan-bulan berikutnya, angka 1 menempel tak mau lepas dari papan skor setiap Persija bertanding.

Memang performa Persija tidak terlalu buruk, khususnya dalam hal pertahanan. Tercatat hingga pekan ke-18, Ismed Sofyan Cs, merupakan tim yang paling sedikit kebobolan dengan hanya kemasukan 10 ke jala gawang Andritany Ardhiyasa. Bahkan Andritany merupakan “Raja Cleen Sheet” pada paruh pertama Liga 1. Ia berhasil menjaga gawang Persija dengan melakukan 59 kali penyelamatan.

Hal ini merupakan sesuatu kebanggaan. Apalagi hampir semua media sepakbola tanah air ketika itu, memberitakan hal yang serupa. Bahkan di media sosial, kehebatan Andritany mengisi sejumlah beranda akun-akun yang khusus membahas sepakbola. Kehebatan itu juga menjadi senjata bagi The Jakmania—pendukung Persija—untuk memamerkan keperkasaan tim Ibu Kota, termasuk saya.

Di balik fakta yang bersinar, silau Persija sebenarnya biasa saja jika ditelisik lebih dalam. Terlepas berhasil menceplokan bola lebih dari satu ke gawang PS TNI, Bambang Pamungkas dan teman-teman hanya bisa memenangkan duel tandang saat Liga 1 baru saja dimulai. Itu pun sudah terjadi 4 bulan yang lalu yakni pada bulan April, kala mempencundangi Persiba Balikpapan dengan skor 2-0. Selebihnya laga-laga Persija banyak dihiasi dengan skor angka 1. Baik seri, menang ataupun kalah. Pendek kata, Persija baru 2 kali menang dalam laga tandang. Sesuatu yang agak berat jika pihak managemen menargetkan Persija harus berada di posisi 5-7 saat musim Liga 1 berakhir.

Melihat prestasi “Macan Kemayoran” yang tidak produktif dalam mencetak gol, terkaman macan bisa dibilang tidak begitu menakutkan. Pergerakannya mudah dibaca saat “menyergap” mangsa-mangsanya. Insting liar macan sepertinya sudah punah, dan mudah ditaklukan. Paling hanya saat bermain di kandang, keganasan macan bisa diperhitungkan.

Sementara saat melawat ke kandang lawan, taring macan oranye bisa hilang satu, bahkan ompong. Syukur-syukur gol penyeimbang bisa hadir. Pun kalau datang, biasanya gol lahir dari serangan balik atau tendangan bola mati. Kadang momen itu membuat hati serseran. Namun jika angka 1 hanya bertahan untuk lawan. Lirik lagu dangdut berjudul "Angka Satu" yang dinyanyikan Caca Handika, yang bunyinya; "Hidup Serasa Kaku Bagaikan Angka Satu
Meranalah... Kini Merana..."  bisa mendekap di hati.

Persija boleh saja berbesar hati lantaran sekarang berada di posisi 6 dalam tabel perebutan juara, namun dalam soal jumlah memasukkan bola ke gawang lawan, Persija hanya mampu memaksa kiper lawan mengambil bola dari jaring sebanyak 18 kali. Sedangkan Madura United sang pemimpin sementara, melesat dengan jumlah 32 gol. Bila dibandingkan dengan Persegres United, tim penghuni zona paling bawah itu, berhasil melesatkan 16 gol ke gawang lawan.

Memang bila berbicara faktor jumlah ngebobolin gawang lawan tidak terlalu penting, yang paling berharga adalah hasil akhir dengan meraih 3 poin baik tandang atau kandang. Hanya saja angka 1 semacam teluh kuat yang dikirimkan untuk Persija. Angka 1 itu bagaikan sihir mujarab yang ditujukan bagi Persija. Ketika angka 1 seharusnya menjadi suatu kebabggan karena stigma juara, tidak bagi Persija. Angka 1 adalah spesial untuk Persija. Spesial dalam arti menang, kalah ataupun seri, angka 1selalu hinggap di Persija.


Kedatangan Reinaldo Elias dan Fitra Ridwan berharap bisa mengubah daya gedor Persija untuk menciptakan peluang menceploskan bola lebih banyak lagi ke gawang lawan. Setidaknya semakin banyak peluang di daerah lawan yang tercipta, semakin banyak pula peluang gol yang akan hadir. Dan harapan target dari managemen bisa tercapai dengan mulus bahkan bisa melebihi ekspetasi hingga bonus untuk para pemain sampai oficial Persija mdngucur deras, dan para The Jakmannia bersuka cita. Termasuk saya lagi tentunya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar