Kerja di Rumah saat Pandemi Virus Corona, Ini 5 Snack yang Murah Meriah

Ilustrasi/Freepik


SITUASI pandemi virus corona membuat saya harus kerja di rumah (work from home/WFH). Saya tidak sendiri, jutaan pekerja lainnya di seluruh dunia juga bekerja dari rumah.

Di tempat saya bekerja, ada sebuah lemari berisi bermacam-macam snack. Snacknya gak gratis. Itu inisiatif kolega saya memenuhi mulut-mulut yang tak bisa diam alias tukang ngunyah.

Menurut saya, cemal-cemil juga bikin urat kepala sedikit kendor saat bekerja.

Jenis snacknya, bukan cemilan kekinian, snack anak zaman, atau snack tradisional macem lontong, keripik singkong dan kawan-kawannya. Bukan juga snack dari luar negeri.

Snack yang dijual, cuma jajanan yang biasa ditemui di warung-warung kelontong. Harganya tentu murah dibanding snack updetan terbaru.

Tapi semenjak kerja di rumah, istri saya sudah menyetok snack andalan saya.

Snakcnya murah meriah. Meriah karena murah. Murah karena meriah (enak rasanya sesuai harga).

Beli snacknya di pasar tradisional. Tipsnya, beli satu pak atau serenceng. Pasti lebih murah jjika dibanding beli satuan di warung-warung.

Satu lagi keunggulannya, kita gak perlu bolak-balik ke warung. Waktu kita lebih banyak di rumah. Dan... Kita sudah menjadi pahlawan di masa pandemi virus corona karena tinggal di rumah lebih lama. 

Inilah snack murah meriah andalan saya.

Chocolatos

Wafer stik berbetuk bulat panjang berisi krim cokelat ini, kesukaan saya sedari dulu. Harganya Rp500, saja. Tapi itu jika beli satuan di warung. Kalau beli satu pak, Rp10 ribu, berisi 24 stik Chocolatos.

Saya lebih suka dengan rasa original. Cokelat. Alasannya, dari pertama tahu ada Chocolatos, rasa original yang selalu saya beli. Paling saya beli Chocolatos rasa lainnya, hanya untuk sekedar coba-coba.

Rasa original Chocolatos, tidak terlalu manis, tidak terlalu pahit. Pas dipadu dengan stik wafernya yang sedikit lembut saat digit. Beda dengan merk lain. Wafer stiknya agak keras, dan rasa coklatnya lebih pahit.
Foto/Garuda Food

Sekarang chocolatos banyak rasa: cokelat kacang, keju sampai dark cokelat (rasa cokelatnya lebih pahit).

Ukuran panjang  Chocolatos semakin tahun, semakin pendek. Mungkin produsen memilih memangkas ukuran daripada menaikkan harga.

Saya juga punya kebiasaan kalau memilih Chocolatos. Saya raba dulu bungkusnya. Tujuannya; agar saya saya tahu, apakah stik wafer dalam keadaan utuh atau tidak. Soalnya saya kurang sreg dengan Chocolatos yang sudah hancur. Kurang sedap dinikmati. Saat dibuka, pasti ada saja remah-remah yang berjatuhan.

Ingat, Chocolatos stik wafer. Karena Chocolatos ada dalam bentuk minuman. Kalau yang jenis ini, saya tidak pernah beli. Pernah icip sekali, rasa manisnya agak aneh. Seperti menenggak lilin cair diberi gula.

Mi Kremezz

Saat saya masih di sekolah dasar (SD), snack mi kering menjadi camilan favorit. Yang paling terkenal, Anakmas dan Anak Mamee. Kedua snack mi kering itu, jadi langganan saya saat jajan.

Anakmas dan Anak Mamee, berisi mi kering dan bumbu. Sebelum melahapnya, kita remas-remas mi, lalu campur dengan bumbu penyedap. Rasa snack Anakmas, lebih gurih dan asin. Ada juga rasa keju, tapi rasa gurih dan asin khas Anakmas tetap terasa.

Sedangkan snack Anak Mamee, berasa asin pedas. Yang membuat beda, karena Anak Mamee memberi kita pilihan bumbu bubuk cabai.

Tapi kedua snack mi kering itu (Anakmas dan Anak Mamee) sudah langka di warung-warung. Bahkan saya tak ingat lagi, kapan terkahir makan Anakmas dan Anak Mamee.


TPS Food

Tapi... saya sudah menyetok Mi Kremezz Shorr. Pake Shorr, ya. Karena ada juga Mi Kremezz saja. Yang membedakan, Mi Kremezz Shorr sudah tercampur dengan bumbu. Jadi, setelah kita membuka bungkusnya, tinggal tuang saja mi Shorr ke dalam mulut.

Rasanya Mi Shorr beragam. Ada ayam panggang, keju manis dan sambal balado. Saya menyetok rasa sambal balado. Meski disertai “sambal”, saya tidak merasa pedas sedikitpun. Rasanya mirip Anakmas, hanya saja, bumbu Mi Shorr lebih ringan.

Harga Mi Shorr per kardus Rp10 ribu. Isi 26 Mi Shorr.

Momogi

Pasti MOw MOw laGI. Begitu slogan utama Momogi.

Snack stik ini katanya terbuat dari jagung. Rasa andalan Momogi juga jagung bakar. Kalau saya lebih suka dengan rasa cokelat.


ralali
Stik momogi... ringkih. Sekali dilahap, Momogi langsung melebur. Mertua saya saja, yang sudah ompong, masih bisa makan Momogi. Saya sih gak pernah tanya, bagaimana dia makan Momogi, digigit atau diemut-emut lalu dikunyah pelan-pelan.

Harga Momobi per pak Rp9.500. Isi 20 bungkus.

Gery Saluut Malkist

Biskuit lapis bertabur gula dan krim dengan varian rasa di tengahnya.

Ada rasa keju, cokelat, kelapa sampai matcha (teh hijau). Tentu saja saya memilih rasa cokelat. Tapi sebagai selingan, saya juga sering membeli rasa keju.


Foto/Shopee
Soal rasa, biskuit Gerry Saluut berasa renyah. Saya sudah merasakan manisnya gula yang bertakhta di lapisan luar biskuit. Sedangkan krimnya, pelengkap yang pas sekali.

Saya beli Gerry Saluut Malkist serenceng atau 10 bungkus seharga Rp10 ribu.


Beng-Beng

Empat elemen sekali gigit.  Cokelat, wafer, caramel dan crispy. Kombinasi menarik ini membuat Beng-Beng bukan sekadar wafer. Beng-Beng adalah pujaan. Dia adalah raja di kelasnya.

Foto/monotaro id
Perpaduan caramel, cokelat serta wafer yang renyah, saat digigit, membuat saya ingin lagi-lagi dan lagi menikmati Beng-Beng. Apalagi makan Beng-Beng dipadu dengan kopi hitam, sensasinya beda.

Tapi, kopinya jangan terlalu manis. Biar karamel dan cokelat Beng-Beng yang menggantikan rasa manis gula. Ada rasa yang unik saat melahap Beng-Beng lalu meyeruput kopi.

Meski ukurannya terus menciut, Beng-Beng tetap menjadi andalan kalau untuk urusan snack murah meriah.

Harga Beng-Beng per box isi bungkus 20 Rp 28 ribu.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar